πŸŽ“ Gelar Cumlaude UGM Tak Menghalangi Lala untuk Jualan Es: Bukti Uang Halal Lebih Penting dari Gengsi

0
Lala-Lulusan-UGM-yang-Berani-Berbeda-dan-Sukses-dengan-Bisnis-Es-1536x864

Lala lulusan S1Program Studi Manajemen Sumber Daya Akuatik Perikanan  Universitas Gadjah Mada (UGM). Dengan latar belakangan perguruan tinggi yang lulus dengan IPK Cumlaude kini menjadi penjual ES

Di tengah masyarakat yang sering menakar keberhasilan lewat jabatan dan gaji, kisah Lala, lulusan cumlaude Universitas Gadjah Mada (UGM), menjadi tamparan halus bagi kita semua. Fenomena yang terjadi saat ini banyak sarjana yang menganggur. Berdasarkan data BPS terbaru, adaΒ 1,01 juta sarjana di Indonesia yang berstatus pengangguran.

Alih-alih mengejar karier di perusahaan besar, Lala justru memilih jalan yang dianggap β€œbiasa” β€” berjualan es dan membuka warung kelontong. Pilihan itu sempat mengundang cibiran, namun ia tetap teguh pada pendiriannya: yang penting halal dan membahagiakan.

“Pernah kok kerja di perusahaan 3 tahun, tapi ternyata jiwa bakul ini sangat melekat. Bukankah yang penting dapat uang halal kan?” tulisnya.

πŸ”Ž Bukan Soal Lulusan, Tapi Soal Pilihan

Lala sudah pernah bekerja di perusahaan ternama. Tapi ternyata, ia tidak menemukan ketenangan di sana. Dalam perjalanan hidupnya, ia menyadari bahwa gengsi tidak bisa membeli ketulusan, dan gelar bukan jaminan kebahagiaan.

Pilihan Lala menunjukkan bahwa berwirausaha dari nol bukanlah kegagalan, melainkan keberanian untuk memilih jalan yang tidak umum tapi sesuai hati. Dari kisah inspiratif ini kita harus bisa menjadi pelopor kewirausahaan dibalik susahnya mencari pekerjaan di saat ini.

🌿 Uang Halal adalah Keberhasilan Sejati

Kisah ini bukan soal es atau warung kecil, tapi soal bagaimana seseorang lulusan perguruan tinggi ternama tidak gengsi memulai usaha sendiri dengan jujur. Di zaman yang penuh pamer, kerendahan hati Lala justru terasa lebih tinggi nilainya.

Jangan lupa baca juga (Lulus karena Kasihan? Realita yang Terjadi di Balik Meja Bimbingan)

βœ… Pesan Pentingnya:

  • Gelar tinggi tidak membatasi pilihan hidup.
  • Berjualan bukan tanda kegagalan.
  • Yang penting bukan terlihat sukses, tapi merasa utuh.
πŸ’¬ Penutup

Lala membuktikan bahwa standar sukses tidak harus seragam. Ia memilih jalan yang sederhana tapi bermakna. Dan mungkin, dari warung kecil itu, kita belajar satu hal besar: Bahwa yang penting bukan apa pekerjaannya, tapi bagaimana cara kita menjalani hidup dengan jujur dan bahagia. Lebih lanjutnya, Pendidikan bukan sekadar untuk mengejar status, tapi juga membentuk karakter untuk hidup jujur, sederhana, dan bermakna.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *